MISTERI, BUKA BERITA – Cerita Mengenai banyaknya Siluman Buaya di Sungai Ciliwung sudah sangat akrab di telinga orang-orang yang tinggal di sepanjang bantaran sungai Ciliwung.
Cerita itu sudah sering di ceritakan secara turun temurun,
Dulu Aliran sungai Ciliwung masih digunakan sebagai jalan transportasi pengangkut hasil bumi dari hulu ke hilir.
Makanya banyak pengguna perahu karena sering gunakan jalan transportasi sungai Ciliwung, selain untuk kebutuhan ekonomi dari sisi misteri pun kerap di jumpai.
Bahkan warga mengaku Intensitas pertemuan dengan mahluk Astral yang sulit di cerna oleh nalar sering terjadi.
Seiring waktu berjalan akhirnya zaman kini kian maju dengan pesat, Transportasi sungai pun kini mulai beralih ke transportasi darat.
Dari aktivitas masyarakat pada waktu itu gunakan sungai sebagai jalur transportasi, Banyak menyisakan cerita – cerita yang unik dan penuh misteri yang membuat tim Misteri menelisik lebih jauh.
Konon katanya sungai Ciliwung berpenghuni mahluk mistik yang menurut beberapa kabar yang tersebar, Sungai Ciliwung itu di huni seekor Buaya dengan ekor buntung.
Menurut kabar, Buaya buntung itu kerap tampakan wujudnya di Sungai Ciliwung yang berada di perbatasan Bukit Duri, Jakarta selatan dan Kampung Melayu Jakarta Timur.
Sebut saja Bahtarudin pria paruh baya itu mengaku sebagai warga asli bantaran sungai Ciliwung pernah mendengar cerita keberadaan buaya buntung itu. Ia merupakan warga asli yang turun temurun menjadi warga bantaran sungai.
Ia pun mengisahkan bahwa sungai Ciliwung merupakan saksi sejarah pada saat masa Kerajaan Pajajaran sampai masa kemerdekaan Indonesia.
Cerita perihal Buaya buntung itu pun didapatkan ceritanya secara turun temurun pula.
“Di antara kisah Siluman Buaya ini,Yang paling menarik di bahas adalah kisah Siluman Buaya Buntung,Dimana siluman buaya buntung itu kerap menampakan diri,” Kata Bahtarudin.
Diakuinya Siluman Buaya buntung itu memiliki ukuran tubuh yang besarnya tidak lazim, Dengan lebar tubuhnya bisa sampai 1 (satu) meter,Dengan panjang dari kepala sampa ke buntutnya bisa mencapai 8 (delapan) hingga 9 (sembilan) meter.
“Tapi yang aneh pada bagian buntutnya, terlihat pendek,Seperti pernah terpotong oleh benda tajam dan terkesan buntung, maka penduduk setempat menamainya Siluman buaya buntung, ” Ujar Bahtarudin.
Bahtarudin mengungkapkan,Siluman buaya buntung itu bisa muncul kapan saja tidak perduli siang ataupun malam.
Pernah orang tua Bahtarudin,Sambungnya ketika jaman Penjajahan Jepang dulu menyaksikan perahu motor tentara Jepang yang sedang patroli di sungai Ciliwung di kejar-kejar oleh Siluman Buaya buntung.
“Sampai tentara Jepang itu melepaskan berondongan senjata yang tak putus-putus ke arah siluman buaya buntung yang mengejarnya,Tapi anehnya semua peluru yang di muntahkan dari moncong senapan tentara Jepang itu tidak bisa menghentikan laju kecepatan buaya buntung,Hingga membuat tentara Jepang ciut nyali dan semakin memacu laju kecepatan perahu motor patrolinya itu, “Tutur Bahtarudin kepada Tim Misteri.
“Akibat suara berondongan senjata tentara Jepang itu, menarik banyak orang untuk menyaksikan peristiwa tersebut,Termasuk bapak saya yang ketika itu usianya masih 15 tahun,Yang hanya bisa menyaksikannya dari atas jembatan kampung Melayu penghubung wilayah kampung Melayu ke wilayah Tebet sekarang bernama jl. KH.Abdullah Syafi’i, “Jelas Bahtarudin.
Diungkapkan oleh Buhtarudin, Orangtuanya dengan jelas melihat itu semua dari atas jembatan.
“Bapak saya bercerita bahwa bahwa besarnya tubuh siluman buaya itu melebihi besarnya perahu patroli tentara Jepang,” Katanya.
Dan orang tuanya pada saat itu tertarik dengan suara bunyi rentetan senapan, Membawa orang tua Buhtarudin melihat langsung apa yang terjadi.
“Ketika perahu tentara Jepang melintas jembatan, terlihat buaya buntung pun tengah mengejar perahu mereka, ” Ujarnya.
Bahkan, Lanjut Buhtarudin saat sungai Ciliwung belum di tanggul, Buaya buntung itu kerap menampakkan wujudnya. Dan penampakan buaya buntung itu juga sering ada takkala sungai Ciliwung tengah banjir juga.
Bukan saja orang tua Buhtarudin saja yang sering melihat kehadiran buaya buntung itu, Tapi warga penduduk Kampung Pulo, Kampung Melayu sering juga melihat penampakan buaya buntung itu.
Kadang buaya itu melintang di jalan Kampung yang lagi banjir dengan badan dan kepala yang menyembul terlihat mengambang.
Diduga Bahtarudin bahwa buaya buntung itu adalah jenis buaya siluman yang masuk dalam golongan Jin sakti yang merubah wujudnya menjadi buaya.
“Nah kalau saja semisal itu buaya asli, sudah barang tentu banyak korban manusia yang mati di makan buaya, Tapi tidak ada tuh yang mati di sungai Ciliwung dimakan buaya nah itu yang membuat keyakinan bahwa ini bukan sembarang buaya, ” Kata Bahtarudin.
“Tapi kalau yang meninggal karena tenggelam atau korban pembunuhan yang jasadnya di buang di kali mah banyak, ” Terang Bahtarudin.
Memang, sambung Bahtarudin banyak cerita miring yang mengaitkan ketika ada korban meninggal di sungai Ciliwung karena tumbal untuk penghuni sungai. Tapi, dengan tegas Bahtarudin mengungkapkan itu tidak benar.
Kebanyakan, diakui Bahtarudin itu semua akibat keteledoran manusia belaka pasalnya ketika berenang kelelahan dan tenggelam. Padahal orang tersebut tidak bisa berenang dan bermain di sungai.
Kedalaman sungai Ciliwung itu cukup dalam. Bahkan di beberapa titik ada dasar sungai yang miliki pusaran atau biasa disebut Tedung.
Bahkan,beber Bahtarudin sebagian orang menganggap itu merupakan Istana dari penghuni sungai Ciliwung.
Memang di akuinya Bahtarudin bahwa beberapa korban yang meninggal atau tenggelam,Rata-rata bukanlah penduduk asli bantaran sungai Ciliwung.
Biasanya para pendatang dari mana-mana yang mengadu nasib di Jakarta dan tinggal di bantaran kali sungai Ciliwung itu.
Adapun sebabnya Bahtarudin sendiri masih tidak mengerti, cuma menurut pendapatnya warga asli bantaran sungai Ciliwung sudah terbiasa melakukan aktivitas di sungai seperti mandi, cuci pakaian dan kebutuhan air lainnya jadi berenang itu menjadi kebiasaan.
“Sementara pendatang kan, Kemungkinan belum tau dimana berenang yang aman dan tidaknya, ” Aku Bahtarudin.
Bahtarudin pun mengungkapkan semenjak adanya perubahan di sungai Ciliwung dan wajah pembangunan pun berdampak kepada keberadaan sungai, Akhirnya kisah Mistik sungai Ciliwung pun seakan pudar dan menghilang.
“Dugaan saya, mereka bukan hilang tapi berpindah tempat saja ke tempat yang paling sunyi dan aman dari kebisingan,” Pungkasnya.
Pada kesempatan itu, Bahtarudin pun mengatakan jika adanya perubahan jaman ke arah moderenisasi, Nilai-nilai adat dan kultural pun mulai bergeser.
Dan sekarang hal-hal baru pun tumbuh bermunculan. Hanya saja, harap Bahtarudin pada generasi milenial pun harus mampu menjaga dan merawat apa yang ditinggalkan oleh leluhur kita semua. (Faizal/Budi D)